Mataram NTB - DPD Partai Gerindra NTB menanggapi pernyataan pengamat politik UIN Mataram, Ihsan Hamid yang menyebutkan Gerindra Rugi besar singkirkan Mori Hanafi.
Wakil Ketua DPD Partai Gerindra NTB, Arsa Ali Umar menilai kurang tepat untuk menyandingkan aple to aple antara H Bambang Kristianto (HBK) dengan pak Mori Hanafi.
“Apalagi sampai disimpulkan pak HBK dikatakan takut bersaing dengan pak Mori Hanafi, ” ungkap Arsa melalui keterangan tertulis yang diterima
Dia mengatakan HBK adalah anggota DPR RI yang berasal dari dapil Pulau Lombok, sehingga tidak memerlukan dukungan Mori Hanafi yang dapilnya pulau Sumbawa.
Baca juga:
Pemuda NTB Tegas Tolak Politik Identitas
|
“Demikian juga kalau bicara di posisi struktur kepengurusan partai, pak HBK sangat berpengaruh di DPP Partai Gerindra, sebagai ketua Badan Pengawas dan Disiplin (BPD) Partai Gerindra, sedangkan pak Mori hanyalah anggota biasa. Bahkan tidak masuk dalam susunan kepengurusan, baik di DPD Provinsi ataupun DPC kab/kota, ” ulas Arsa
Selain itu, Mori Hanafi sudah tidak menjabat wakil ketua dan koordinator Banggar DPRD NTB
“Tidak ada satupun tanda tangan pak HBK, baik dalam pengusulan ketua, sekretaris DPD. Kurang bijaksana juga rasanya kalau kemudian kita semua menumpahkan semua kesalahan itu, kalaupun dianggap ada, hanya kepada pak HBK pribadi, ” sesal Arsa
“Yang saya pahami, sebagai kader senior dan pengurus juga di DPD partai Gerindra NTB, pak HBK itu orang yang sangat mendengar, sangat realistis dan sangat senang diajak diskusi. Kita tidak pernah ada bosan-bosannya kalau sudah diajak diskusi dengan beliau, ” kata dia
Arsa menilai HBK pernah one man show dalam mengambil sebuah keputusan. Bahkan kalau ada menganggap ada hal-hal yang urgent dan patut didiskusikan dalam dinamika perjalanan partai Gerindra NTB, HBK memanggil dan meminta masukan kader-kadernya.
“Seharusnya pak Mori Hanafi sebagai kader partai yang dikatakan sebagai kader terbaik di NTB, bisa memberikan contoh yang baik dan benar terhadap sikap dan loyalitasnya kepada partai, ” cetusnya
Menurut dia, kader loyalitas tidak cukup hanya dengan omongan. Tapi yang penting itu adalah kelakuan.
“Harusnya sebagai kader terbaik, beliau harus tetap loyal dan tegak lurus dengan apapun yang telah diputuskan partai, tidak perlu responsif, apalagi sampai berlebihan, ” kata Arsa menambahkan.(Adb)